Minggu, 18 April 2010

Pendidikan Indonesia Kemana? [2]

Agenda Besar Transformasi Pendidikan Nasional (Big Bang National Education Transformation)


Langkah-langkah Konkret. Krisis yang dialami bangsa Indonesia, baik ekonomi, politik dan keamanan, belum juga dapat diatasi. Berbagai krisis tersebut berdampak negatif terhadap dunia pendidikan dengan memunculkan langkah-langkah konkret yang baru dalam pendidikan. Orientasi pelayanan pendidikan dengan menggunakan tindakan dan cara berfikir lama tidak dapat terus diterapkan karena sebagian besar sudah tidak sesuai dengan tuntutan dan perkembangan dunia pendidikan Indonesia yang semakin maju dan hal-hal tersebut bahkan mungkin tidak dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan pendidikan dan bangsa sekarang ini.

Cara-cara berpikir dan terobosan-terobosan baru harus diperkenalkan dan diciptakan untuk mengatasi permasalahan pendidikan saat ini dan pada masa mendatang. Berikut ini adalah sejumlah langkah konkret yang seharusnya dilaksanakan:

1. Presiden mengambil inisiatif merombak sistem pendidikan nasional secara menyeluruh menghasilkan blue print road map Pendidikan Nasional 2020. Hal itu dilakukan dengan mengajak stakeholder nasional sektor pendidikan yang mewakili unsur ABG (Akademisi, Bisnis, Government sesuai konsep Indonesia Incorporated), terutama pemakai terbesar produk pendidikan yakni dunia usaha. Juga, penghasil produk pendidikan baik sekolah pemerintah, swasta nasional maupun asing serta kalangan akademisi dan lembaga riset nasional maupun swasta bersama-sama departemen terkait (Departemen Perindustrian, Departemen Pertanian, Kementerian Ristek dan sebagainya, terutama Departemen Pendidikan Nasional). Road map tersebut antara lain menyinkronkan kebutuhan tenaga kerja dengan pendidikan sampai 2020 atau 2025, disesuaikan dengan rencana pembangunan ekonomi dengan target GDP dan man power planning/di setiap sektor. Selanjutnya, menerapkan konsep pendidikan berbasis entrepreneur.

2. Dari 20% anggaran pendidikan dilakukan alokasi anggaran pendidikan, yakni sepertiga untuk SD/SMP/SMA/D3/S1 pendidikan gratis dan bermutu untuk 140 juta rakyat miskin. Lalu sepertiga anggaran untuk kesejahteraan guru dan administrasi, dan sepertiga lagi lagi untuk modal wirausaha sekolah mulai dari SD/SMP/SMA/D3, modal usaha untuk pertanian, kerajinan, toko, workshop, dan koperasi sekolah yang diputar. Sebagian anggaran dipakai untuk training entrepreneur.

3. Mengeluarkan kebijakan bebas pajak bagi perusahaan bisnis yang mendirikan sekolah, yang fasilitas trainingnya dipakai dan pabriknya dipakai untuk on the job training. Sedangkan beasiswa diberi insentif pajak.

4. Mendirikan Entrepreneurship Training Center dimulai di Perguruan Tinggi Utama negeri dan sekolah-sekolah menengah utama negeri maupun swasta, yang memfasilitasi kerja sama antara sekolah, lembaga riset, dan lembaga keuangan serta perusahaan bisnis pendamping. Untuk melakukan bisnis riil.

5. Memperluas kerja sama antara sekolah, lembaga riset, dan sektor bisnis yang utama melakukan bisnis riil.

6. Sosialiasi program entrepreneurship dan incorporated ala P4 ke sekolah-sekolah termasuk kepada guru dan pegawai Diknas agar mempunyai visi dan mental entrepreneur.

7. Mendorong iklim inovasi dan entrepreneur. Kurikulum dan guru-guru disesuaikan dengan konsep incorporated dan kesepakatan nasional dengan dunia usaha. Pelajaran disederhanakan atau cukup lima pelajaran wajib utama saja, misalnya matematika, fisika/kimia, seni/olahraga, ilmu pengetahuan sosial, teori dan praktik wirausaha.

8. Indikator utama keberhasilan sekolah (key performance indicator) adalah 60-70% prestasi akademik, 20% kepemimpinan/seni/olahraga, 20% kemandirian hidup, bagi sekolah maupun anak didiknya.

9. Untuk mengejar ketertinggalan di bidang teknologi, yang merupakan syarat utama peningkatan nilai tambah produk primer atau hulu, perlu memberikan prioritas memperbanyak pendidikan yang berbasis teknologi di tingkat sekolah menengah maupun sekolah tinggi. Hal ini sukses dilakukan di Cina (dari 10 graduate sekolah tinggi terdapat 7 atau 8 graduate technology atau engineering di Cina. Bandingkan dengan Amerika Serikat yang hanya 2 graduate engineering saja), dengan memberikan beasiswa jurusan teknologi, termasuk beasiswa ke luar negeri.

10. Mempercepat pembangunan infrastruktur penguasaan iptek informasi dan teknologi melalui pendidikan model e-learning, pendidikan jarak jauh dengan fasilitas teknologi informasi di setiap sekolah seluruh Indonesia paling lambat tahun 2015 dan memperbanyak terjemahan buku-buku bermutu kelas dunia ke dalam bahasa Indonesia.

Akhir kata, pengembangan pendidikan melalui model entrepreneur menjadi alternatif yang sesuai karena menyiapkan generasi yang punya kemampuan adaptasi terhadap ekspektasi lingkungan, serta dapat menyiapkan mereka agar mampu mengatasi masalah-masalah yang ditemukan dengan cara-cara baru sehingga hasil pendidikan kita tidak hanya menghasilkan generasi pencari kerja namun menjadi generasi mandiri.


Enstate2020

sumber: http://ciputra.org, http://unesco.org

Baca Selengkapnya.....