Selasa, 11 November 2008

Mitos menyesatkan bahwa perdagangan bebas menjamin stabilitas ekonomi

Kapitalisme telah dipuja-puji karena keberhasilannya menciptakan jumlah kekayaan yang membludak dan oleh karena ideologi ini telah membuat banyak bagian dunia menjadi berkembang. Akan tetapi disamping ketimpangan besar-besaran dalam distribusi kekayaan, dan kemiskinan yang telah diciptakan di seluruh dunia,kapitalismememiliki rekam jejak (track record) sebagai pencipta kebangkrutan, resesi,depresi,dan keruntuhan ekonomi yang teratur. Richard Robbin , di dalam buku yang telah membuatnya menerima penghargaan “Global Problems and the culture of capitalisme” menuliskan:
'Kemunculan kapitalisme menunjukkan adanya budaya yang dalam banyak hal merupakan budaya yang paling berhasil yang pernah diterapkan, dalam hal mengakomodasi banyaknya orang di dalam kenyamanan dan kemewahan relatif dan absolut.Akan tetapi,ia tidak pernah berhasil dalam hal mengintegrasikan semua orang dalam takaran yang adil, dan kegagalan ini tetap jadi masalah yang besar bagi kapitalisme.


Depresi besar tahun 1929 masih merupakan perkara yang membingungkan para ekonom. Berlawanan dengan bukti bukti yang ada ,para ekonom tetap kekeuh berpegang pada dogma bahwa waktu dan alam akan kembali menciptakan kesejahteraan apabila pemerintah menahan diri dari intervensinya memanipulasi ekonomi. Sayangnya metode 'pengobatan' tersebut tidak berhasil.
Ekonomi tidak berperilaku dengan cara yang sama sebagai yang diasumsikan oleh para ekonom klasik yang merupakan aliran dominan selama lebih satu abad terakhir. Tetapi waktu telah berubah , dan apa yang dibutuhkan kemudian adalah kebijakan pemerintah yang berbeda.Penjelasan-penjelasan baru dan kebijakan-kebijakan yang lebih segar teramat diperlukan, dan inilah yang mengantarkan kita kepada era intervensi pemerintah di dalam perekonomian, hingga datangnya periode Reagen dan Thatcher.
Keterlibatan pemerintah dalam bidang ekonomi mengakibatkan munculnya kebijakan kebijakan proteksionis yang menjamin terlokalisirnya resesi di batas-batas negara sehingga tidak menular ke seluruh dunia. Karena setiap segmen dari perekonomian kapitalis bersandar kepada segmen yang sedang bekerja,maka sistem kapitalisme dibangun berlandaskan tujuan penciptaan kebutuhan semu untuk menjaga agar para konsumen tetap membeli lebih dan lebih banyak lagi barang barang (sebagai katalis) agar segmen utama dalam sistem tetap dapat berjalan.
Inilah negara negara maju menyaksikan resesi yang terjadi secara teratur,yakni ketika sudah cukup banyak orang yang membelanjakan hartanya di luar batas kemampuannya. Pembalanjaan ini kemudian berakibat kepada munculnya budaya menghutang/kredit, yang tidak dapat dihindarkan lagi juga berdampak kepada pengurangan jumlah keseluruhan pembelanjaan tunai oleh konsumen, karena sebagian besar sisa pendapatan di gunakan untuk membayar hutang dan bunganya, Siklus pertumbuhan pembelanjaan ini tidak akan pernah dapat bertahan, dan harus berakhir di suatu saat (resesi).
Resesi yang mengancam seluruh dunia saat ini diakibatkan oleh kenyataan bahwa AS telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang dipompa oleh ekspansi hutang pribadi,Pertumbuhan ekonomi ini pada gilirannya membuat semakin melambungnya harga perumahan atau real estate. Karena harga perumahan haik,para pemilik rumah semakin memperbanyak hutang pribadi mereka, dengan menjadikan rumah rumah mereka sebagai jaminan.
Proses mudahnya disebut hipotek ulang rumah rumah mereka sebagai sarana untuk membiayai gaya hidup extravaganza ini, fenomena yang meluas di AS dan Inggris. Selama harga perumahan terus naik, para konsumen akan dapat mengambil nilai hutang yang lebih tinggi,yang selaras dengan nilai rumah mereka (sebagai jaminan hutang).Praktek ini telah terjadi semenjak 1990-an,dan kini mengalami suatu situasi dimana harga perumahan telah teramat tinggi,sehingga nilai hutang yang diambil para penghutang itu sampai sampai melampaui tingkat pendapatan mereka hingga beberapa kali lipat.Hal ini berarti sudah sangat membahayakan , terutama karena hutang hutang ini kini harus segera dibayar/jatuh tempo, dan rumah rumah semakin mahal untuk dibeli oleh orang orang.
Puncak situasi ini terjadi musim panas lalu, ketika pasar perumahan Subprima collaps. Hutang rumah tangga di AS kini mencapai $ 8.5 Trilyun AS dan 20% rumah tangga di AS memiliki lebih banyak hutang ketimbang asset-asset yang mereka miliki.
Kenyataan bahwa bank bank investasi global dan perusahaan perusahaan pemberi kredit besar (hedge funds) dapat dengan mudahnya memindahkan modalmereka di seluruh dunia,justru malah memperumit situasi ini. Krisis saat ini dan krisis krisis yang terjadi sebelumnya , jelas jelas membuktikan bahwa kapitalisme bukanlah merupakan sumber stabilitas, tetapi justru kenyataannya ia menjadi sumber bagi kekayaan spekulatif yang mendorong naiknya harga-harga, dimana pada akhirnya kemudian gelembung ekonomiini akan mencapai sebuah titikletus kempis (burstrs) yang tidak dapat dihindari lagi.

Indonesia Incorporated 2020, Effendi Siradjudin,dkk

Tidak ada komentar: